“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar).
QS.
Ar-Rum : 41
Katakanlah
(Muhammad), “Bepergianlah dibumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka
adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”
QS.
Ar-Rum : 42
Ketika banjir
datang, kita menyalahkan hujan yang turun tiada henti. Ketika kemarau melanda
kita menyalahkan hujan yang tak juga turun. Setiap bencana yang datang kita
selalu tanpa sadar menyalahkan Allah atas apa yang terjadi, padahal jika kita
menyadari kitalah sebenarnya yang telah membuat bencana itu datang.
Salah siapakah ketika banjir datang menenggelamkan dan menghancurkan semua
yang kita miliki? Salah siapakah ketika kemarau datang dan membuat semua yang
sedang kita usahakan menjadi sia-sia?
Betapa tidak nyamannya
mendengar ibukota negara sedang dilanda banjir dan menenggelamkan jalan-jalan
yang seharusnya memberikan kenyamanan bagi penggunanya, betapa tidak
mengenakkan mendengar rumah-rumah yang sudah tidak bisa dihuni hanya karena
banjir membuat akses menuju kerumah mereka sudah tak bisa lagi dilalui karena
banjir yang hampir setinggi mereka.
Belum lagi selesai
penanganan banjir yang melanda hampir diseluruh wilayah, kita dikejutkan oleh berita
Gunung Sinabung yang mulai memberikan tanda-tanda alamnya. Lalu kemudian kita
juga menyalahkan Allah atas semua yang terjadi?
Siapa yang membuat
banjir akhirnya menggenangi rumah, tanah dan jalanan kita? tanyakan pada diri
kita yang tidak pernah menyayangi alam, tanyakan pada diri kita yang selalu
mengotori alam dan tanyakan pada diri kita yang berambisi menghancurkan alam. Seperti
yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 56-58.
“Dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.
Berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat
Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.
QS. Al-A’raf : 56
Dialah yang meniupkan
angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan),
sehingga apabila angin itu telah membawa awan mendung, Kami halau ke suatu
daerh yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian Kami
tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami
membangkitkan orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran.
QS. Al-A’raf : 57
Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya subur dengan izin Tuhan; dan tanah yang
buruk, tanaman-tanamannya yang tumbuh merana. Demikianlah kami menjelaskan
berulang-ulang tanda-tanda (kebesaran Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” QS. Al-A’raf : 58
Lalu
masihkah kita menyalahkan hujan atas apa yang terjadi
jika dengan tangan kita sendiri kita babat hutan tanpa peduli dengan akibat
yang ditimbulkan? masihkah kita menyalahkan hujan sementara dengan enaknya kita
membuat sungai-sungai menjadi kotor oleh sampah-sampah yang kita buang dengan
sengaja? dan masihkah kita menyalahkan Allah atas bencana yang terjadi sementara
kita tidak pernah bersyukur dengan apa yang sudah Dia berikan untuk kita?
Semoga kita lebih menyadari setelahnya, Bahwa Allah menurunkan
azab kepada orang-orang yang zalim dan tidak pernah bersyukur. Nauzubillah…
Word : 458
Sbg seorg Muslim, kita dilarang utk menyalahkan masa. Nmn sisi manusiawi kita sering lupa...
BalasHapus#Astaghfirullah
Semoga kita tergolong orang-orang yang selalu bersyukur dan terus mengingat Allah....:)
Hapus