Sabtu, 23 November 2013

Masuk Neraka Siapa Takut #Sebuah Kisah Tentang Kesalahan di Masalalu




Takut masuk neraka? aku kira semua orang pasti takut masuk neraka karena itu banyak manusia dimuka bumi ini mengejar pahala yang telah ditabur oleh Yang Maha Kuasa. Karena mengharap Surgalah orang-orang takut berbuat dosa atau takut dosanya tak terampuni oleh Allah, disetiap doa kita selalu memohon ampun pada_Nya bukan? termasuk aku. Untuk itu, kali ini aku ingin menceritakan tentang suatu kesalahan yang pernah aku lakukan dimasa lalu dengan harapan, semoga pintu surga masih dibukakan untukku yang ingin membuat sedikit pengakuan dosa.
 
Sumber photo disini

Cerita ini sebenarnya sudah lama berlalu namun masih membekas dan masih terus menghantui perasaanku hingga kini. Ini tentang Aku dan sahabat ku. Kala itu aku dan sahabatku sebut saja namanya Mawar bersekolah di SMA yang sama meski tak satu kelas. Awalnya aku tak begitu akrab dengan Mawar, namun karena selalu melalui jalan yang sama membuat kami sering pergi dan pulang sekolah bareng hingga akhirnya membuat kami jadi semakin sering saling berkunjung, belajar bersama dan saling curhat tentang kehidupan pribadi.


Menginjak tahun ketiga, persahabatan kamipun kian akrab ditambah dengan Mawar menjadi akrab dengan teman sekelasku sebut saja namanya Budi. Kami jadi sering jalan bertiga dan saling berkunjung kerumah masing-masing. Disinilah Aku dan Mawar mengenal Bang Adi, kakak laki-laki Budi yang kadang ikut nimbrung saat kami sedang kumpul-kumpul. Entah bagaimana awalnya, tanpa kami tahu ternyata Bang Adi dan Mawar sudah dekat dan beberapa kali jalan. Mawar tak pernah menyinggung atau curhat sedikitpun tentang hubungan mereka  justru aku tahu ketika Bang Adi datang kerumahku dan bercerita bahwa kedekatan mereka 2 minggu ini sebenarnya belum benar-benar resmi, dalam arti masih dalam penjajakan. Namun justru di penjajakan ini dia malah mengalami kesulitan untuk bertemu secara leluasa dengan Mawar karena keluarganya yang terlalu memproteks dia. 


Disinilah masalah mulai timbul, aku mengerti jika Bang Adi sering curhat tentang Mawar padaku karena aku adalah sahabatnya, hampir setiap malam Bang Adi datang kerumah atau mengajakku keluar hanya untuk sekedar ngobrol tentang banyak hal termasuk tentang Mawar. tak ada yang salah menurutku, namun semua menjadi runyam ketika pelan tapi pasti pertemuan intens kami menumbuhkan rasa dan benih-benih yang tak dapat terhindari. Puncaknya Bang Adi mengungkapkan perasaannya padaku karena katanya sudah merasa nyaman dengan kedekatan kami selama ini. Namun tak serta merta aku terima karena aku merasa tak enak dengan Mawar yang aku yakin pasti sangat berharap menjadi kekasih Bang Adi. Namun Bang Adi terus meyakinkanku bahwa mereka sudah tak pernah lagi bertemu apalagi berkomunikasi.


Memang belakangan Mawar jadi lebih pendiam dan tertutup padaku. Awalnya aku tak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan Mawar namun setelah mendengar penjelasan dari Bang Adi aku paham jika cinta Mawar sudah terlanjur layu sebelum berkembang dan mungkin dia tak ingin berbagi denganku. Sebelum aku menerima Bang Adi aku mencoba menyelidiki kebenarannya dengan pelan-pelan bertanya pada Mawar dan diakuinya jika mereka sebenarnya tak ada apa-apa hanya pernah dekat tapi belum jadian sama sekali dan itupun sudah berlalu katanya. Aku pikir berarti mereka tak pernah pacaran bukan? dan sah-sah saja jika aku menjalin hubungan dengan Bang Adi. Akhirnya dengan perasaan berbunga-bunga akupun menerima Bang Adi menjadi bagian dari hari-hariku dan menikmati perhatian demi perhatian yang dia berikan.


Bahagia??? tentu saja!. Namun bahagia itu hanya bisa aku simpan sendiri karena setelahnya hubunganku dengan Mawar mulai renggang. Walaupun aku tak pernah cerita atau mengumbar tentang kedekatanku  dengan Bang Adi, aku yakin Mawar tahu semuanya karena ia mulai menghindar dan menjauhiku, selalu menolak setiap ajakanku dengan berbagai alasan yang kadang jika dipikir sangat tak masuk akal karena sebelumnya dia selalu bisa meluangkan waktunya, bahkan teman-temanpun mulai menyadari renggangnya hubungan pertemanan kami karena melihat sudah jarang bersama. Entah dia cerita apa ketemannya, namun pernah seorang teman menyindirku dengan sengaja teriak-teriak didepanku bicara tentang alur cerita “kuch-kuch hotae” yang sedang booming kala itu. (yang pernah nonton pasti tau ceritanya). Bahkan akupun merasakan jika teman-teman sekelasnya memandang sinis padaku. Aku hanya bisa diam dan menangis diam-diam, tempatku mengadu hanya pada Bang Adi yang selalu bisa menenangkan, mendinginkan dan menghibur hatiku.  


Setelah kejadian itu, kami benar-benar tak pernah bersama lagi meski sesekali masih bertegur sapa dengan kaku jika tanpa sengaja bersimpang jalan. Bukan aku tak pernah mencoba untuk mendekatkan diri kembali namun sekalipun tak pernah berhasil karena setelah itu ia selalu berangkat dan pulang sekolah lebih dulu, disekolah aku jarang bisa bertemu dengannya, dirumahpun ia selalu tak pernah ada. Aku pasrah dan pastinya merasa sangat bersalah, aku gak tau lagi harus bagaimana untuk mengubah keadaan ini.


Saat acara perpisahan kelulusan sekolah ada hal yang tidak bisa aku lupakan, tepatnya ketika seluruh kelas 3 diberi waktu untuk bersalam-salaman, tiba-tiba Mawar datang dan langsung memelukku dengan erat, Aku yang tidak menyangka akan kejadian inipun langsung membalas memeluknya dengan erat pula, kami saling bertangis-tangisan tanpa sepatah katapun terucap dari mulut hanya airmata yang bicara betapa kesalahan kemaren telah memisahkan kami terlalu jauh, bahkan hampir semua teman-teman yang pastinya tau permasalahan kami juga ikut merasakan keharuan yang tercipta saat itu. 


Sejak acara itu aku tak pernah bertemu Mawar lagi, yang aku dengar ia melanjutkan kuliah ke luar kota meninggalkan sejuta tanya tentang bagaimana sebenarnya persahabatan kami akan berakhir karena memang tak sedikitpun kata yang terucap dari mulut kami berdua. Bahkan akupun akhirnya juga harus berpisah dengan Bang Adi dan Budi yang yang melanjutkan kuliah mereka kepulau Jawa. Otomatis sejak saat itu kami berempat benar-benar lost contact, hanya ditahun-tahun akhir kuliah, aku bertemu Mawar diacara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa kota kami, itupun masih dalam suasana yang begitu kaku.  


Sekarang kami semua telah kembali ke Kota tercinta ini, kami kini telah berada di kota yang sama. Namun keakraban yang terjalin dimasalalu sepertinya masih belum bisa diperbaiki, meski sesekali aku pernah bertemu dengan Budi atau Bang Adi yang kini sudah berkeluarga dijalan atau diacara-acara yang diadakan teman, kami hanya mampu sekedar bertegur sapa biasa. Aku tahu masih ada sedikit kekecewaan Mawar terhadapku, meski saat masa-masa kuliah dulu kami beberapa kali berkirim surat dan mengucap maaf lahir batin disetiap Idul fitri tiba namun tetap saja maaf untuk masalah satu itu masih terasa kelu dibibir, aku bingung harus mulai dari mana untuk membuka pembicaraan tentang masalalu terburuk kami tersebut. tapi yang aku salut, tak sedikitpun ia pernah menyinggung atau membahas masalah itu disetiap surat yang ia kirim malah ia terus memberikan semangat dan mengirimkan beberapa doa yang harus aku baca sebagai penenang hati kala gundah melanda. (“saat itu tahun-tahun kesedihanku karena pertunanganku yang gagal”). 


Aku malu dengan perasaan tak bersalah yang kusebabkan, aku malu dengan hubungan yang kupertaruhkan dimana akhirnya kandas ditengah jalan. Yaa…., aku sebenarnya sangat malu pada Mawar, bahkan saat menghadiri pernikahan Mawar sekian tahun kemudian, bibir masih saja kelu untuk membuka kembali cerita kelam itu meski aku ingin tahu bagaimana perasaan dia yang sebenarnya tentang masalah kami dulu karena memang tak pernah sekalipun kami membahasnya sejak awal kejadian. Sungguh betapa aku ingin mengubah kebekuan sekian belas tahun ini menjadi kehangatan seperti dulu lagi, betapa aku ingin bisa berbagi suka dan duka seperti kala remaja dulu bersamanya lagi. 


Terkadang, aku malu sendiri jika setiap idul fitri Mawarlah yang lebih dulu mengirimkan sms ucapan pun disetiap ulang tahunku dia tak pernah lupa untuk mengirimkan ucapan dengan doa yang sering membuatku menangis bila mengingat betapa berdosanya aku mengabaikan seorang sahabat hanya karena seorang laki-laki. Meski aku yakin dia sudah memaafkanku dari isyarat tubuh yang dia perlihatkan namun aku masih ingin mendengar langsung dari mulutnya. Entah bagaimana caranya nanti…


Pengecut!! mungkin itu yang akan kalian katakan tentangku. Aku akui, tapi sebenarnya bukan karena aku tak ingin mengakui kesalahanku. Bukan. Aku hanya tak tahu caranya untuk memulai membuka kembali cerita itu. Aku takut, jika menyinggung tentang masalah itu malah membuka luka lama kembali dan membuat kami yang mulai saling bicara menjadi semakin jauh kembali. Aku tak ingin itu terjadi. Meski aku dan dia sudah tak seakrab dulu lagi tapi setidaknya saling bertegur sapa dan masih tetap mengingat dikala hari-hari besar kami menyiratkan awal yang baik bagi hubungan kami yang beku sekian belas tahun. Karena itu aku masih belum punya cara untuk memulainya…..,, (mungkin ada yang bisa memberiku saran???)


Cerita ini begitu lama aku pendam sendiri, aku malu jika harus berbagi pada siapapun. Aku takut dicap sebagai seseorang yang jahat yang akhirnya bisa membuatku kehilangan sahabat untuk kedua kalinya. Aku tak ingin!! karena itu tak banyak sahabat-sahabatku sekarang yang tahu cerita ini. Terkadang sering aku berpikir, inikah pangkal dari semua kesedihan dan kegagalan yang terus hadir dalam hidupku hingga kini?? apakah sebegitu besar dampak yang ditimbulkan oleh sebuah kesalahan dimasalalu pada kehidupan masa depanku? Entahlah….., 


Semoga setelah ini, aku punya kekuatan lebih serta diberikan jalan keluar guna mencairkan hubungan dingin kami serta dengan keterbukaanku untuk kisah ini, aku berharap Allah memaafkan semua dosa yang sudah aku perbuat. Setidaknya Allah menghapus satu dosa yang terpendam ini dan menjadikan semua ini ladang kemuliaan untuk masa depan lebih baik lagi, Semoga……..






 

4 komentar:

  1. Mbak mawarnya udah nikah ya? Aku pikir sih dia juga udah gk terlalu masalahin kejadian itu deh ka..
    jadi kalo sewaktu-waktu kaka bahas kejadian dulu itu, mnurutku sih gak masalah ya ka..
    kan bisa tuh jadi jembatan buat kaka minta maaf scara lgs sama dia ^^

    intinya sih, dicoba aja
    karna kita gakkan tau hasilnya kalo gak nyoba..
    *sahabat yg baik pasti selalu memaafkan sahabatnyaa ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Udah nikah, Ran......,, kadang kakak juga mikir nya gitu, cuma sikap dia memang jauh beda sejak kejadian itu sm kakak,, dulu dia itu cheerful banget and pecicilan, sekarang jadi lebih tertutup.....jadi nya agak agak gmana gitu.....

      btw, thanks saran nya ya, ran....mudah2an nanti kakak ditunjukkan waktu yg tepat nanti....

      Hapus
  2. Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
    artikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta...
    mohon dicek kembali namanya di daftar peserta yang ada, kalau belum muncul harap beritahukan admin segera.
    salam santun dari Makassar :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. terima kasih, mas.....alhamdulillah....., mudah2n jadi salah satu nominasi,,,,,*ngarep* ahahaa....

      Hapus