Takut
masuk neraka? aku kira semua orang pasti takut masuk neraka karena itu banyak
manusia dimuka bumi ini mengejar pahala yang telah ditabur oleh Yang Maha
Kuasa. Karena mengharap Surgalah orang-orang takut berbuat dosa atau takut
dosanya tak terampuni oleh Allah, disetiap doa kita selalu memohon ampun
pada_Nya bukan? termasuk aku. Untuk itu, kali ini aku ingin menceritakan
tentang suatu kesalahan yang pernah aku lakukan dimasa lalu dengan harapan, semoga
pintu surga masih dibukakan untukku yang ingin membuat sedikit pengakuan dosa.
Sumber photo disini |
Cerita ini sebenarnya sudah lama
berlalu namun masih membekas dan masih terus menghantui perasaanku hingga kini.
Ini tentang Aku dan sahabat ku. Kala itu aku dan sahabatku sebut saja namanya
Mawar bersekolah di SMA yang sama meski tak satu kelas. Awalnya aku tak begitu
akrab dengan Mawar, namun karena selalu melalui jalan yang sama membuat kami
sering pergi dan pulang sekolah bareng hingga akhirnya membuat kami jadi
semakin sering saling berkunjung, belajar bersama dan saling curhat tentang
kehidupan pribadi.
Menginjak
tahun ketiga, persahabatan kamipun kian akrab ditambah dengan Mawar menjadi
akrab dengan teman sekelasku sebut saja namanya Budi. Kami jadi sering jalan
bertiga dan saling berkunjung kerumah masing-masing. Disinilah Aku dan Mawar
mengenal Bang Adi, kakak laki-laki Budi yang kadang ikut nimbrung saat kami
sedang kumpul-kumpul. Entah bagaimana awalnya, tanpa kami tahu ternyata Bang
Adi dan Mawar sudah dekat dan beberapa kali jalan. Mawar tak pernah menyinggung
atau curhat sedikitpun tentang hubungan mereka
justru aku tahu ketika Bang Adi datang kerumahku dan bercerita bahwa
kedekatan mereka 2 minggu ini sebenarnya belum benar-benar resmi, dalam arti
masih dalam penjajakan. Namun justru di penjajakan ini dia malah mengalami
kesulitan untuk bertemu secara leluasa dengan Mawar karena keluarganya yang
terlalu memproteks dia.
Disinilah
masalah mulai timbul, aku mengerti jika Bang Adi sering curhat tentang Mawar
padaku karena aku adalah sahabatnya, hampir setiap malam Bang Adi datang
kerumah atau mengajakku keluar hanya untuk sekedar ngobrol tentang banyak hal
termasuk tentang Mawar. tak ada yang salah menurutku, namun semua menjadi
runyam ketika pelan tapi pasti pertemuan intens kami menumbuhkan rasa dan
benih-benih yang tak dapat terhindari. Puncaknya Bang Adi mengungkapkan
perasaannya padaku karena katanya sudah merasa nyaman dengan kedekatan kami
selama ini. Namun tak serta merta aku terima karena aku merasa tak enak dengan
Mawar yang aku yakin pasti sangat berharap menjadi kekasih Bang Adi. Namun Bang
Adi terus meyakinkanku bahwa mereka sudah tak pernah lagi bertemu apalagi
berkomunikasi.
Memang
belakangan Mawar jadi lebih pendiam dan tertutup padaku. Awalnya aku tak
mengerti dengan sikap yang ditunjukkan Mawar namun setelah mendengar penjelasan
dari Bang Adi aku paham jika cinta Mawar sudah terlanjur layu sebelum
berkembang dan mungkin dia tak ingin berbagi denganku. Sebelum aku menerima
Bang Adi aku mencoba menyelidiki kebenarannya dengan pelan-pelan bertanya pada Mawar
dan diakuinya jika mereka sebenarnya tak ada apa-apa hanya pernah dekat tapi
belum jadian sama sekali dan itupun sudah berlalu katanya. Aku pikir berarti
mereka tak pernah pacaran bukan? dan sah-sah saja jika aku menjalin hubungan
dengan Bang Adi. Akhirnya dengan perasaan berbunga-bunga akupun menerima Bang
Adi menjadi bagian dari hari-hariku dan menikmati perhatian demi perhatian yang
dia berikan.
Bahagia???
tentu saja!. Namun bahagia itu hanya bisa aku simpan sendiri karena setelahnya
hubunganku dengan Mawar mulai renggang. Walaupun aku tak pernah cerita atau
mengumbar tentang kedekatanku dengan
Bang Adi, aku yakin Mawar tahu semuanya karena ia mulai menghindar dan menjauhiku,
selalu menolak setiap ajakanku dengan berbagai alasan yang kadang jika dipikir
sangat tak masuk akal karena sebelumnya dia selalu bisa meluangkan waktunya, bahkan
teman-temanpun mulai menyadari renggangnya hubungan pertemanan kami karena
melihat sudah jarang bersama. Entah dia cerita apa ketemannya, namun pernah seorang
teman menyindirku dengan sengaja teriak-teriak didepanku bicara tentang alur
cerita “kuch-kuch hotae” yang sedang booming kala itu. (yang pernah nonton
pasti tau ceritanya). Bahkan akupun merasakan jika teman-teman sekelasnya
memandang sinis padaku. Aku hanya bisa diam dan menangis diam-diam, tempatku
mengadu hanya pada Bang Adi yang selalu bisa menenangkan, mendinginkan dan
menghibur hatiku.
Setelah kejadian itu, kami
benar-benar tak pernah bersama lagi meski sesekali masih bertegur sapa dengan
kaku jika tanpa sengaja bersimpang jalan. Bukan aku tak pernah mencoba untuk
mendekatkan diri kembali namun sekalipun tak pernah berhasil karena setelah itu
ia selalu berangkat dan pulang sekolah lebih dulu, disekolah aku jarang bisa
bertemu dengannya, dirumahpun ia selalu tak pernah ada. Aku pasrah dan pastinya
merasa sangat bersalah, aku gak tau lagi harus bagaimana untuk mengubah keadaan
ini.
Saat acara perpisahan kelulusan sekolah
ada hal yang tidak bisa aku lupakan, tepatnya ketika seluruh kelas 3
diberi waktu untuk bersalam-salaman, tiba-tiba Mawar datang dan langsung memelukku
dengan erat, Aku yang tidak
menyangka akan kejadian inipun langsung membalas memeluknya dengan erat pula, kami saling
bertangis-tangisan tanpa sepatah katapun terucap dari mulut hanya airmata yang
bicara betapa kesalahan kemaren telah memisahkan kami terlalu jauh, bahkan
hampir semua teman-teman yang pastinya tau permasalahan kami juga ikut merasakan keharuan
yang tercipta saat itu.
Sejak acara
itu aku tak
pernah bertemu Mawar lagi, yang aku dengar ia melanjutkan kuliah ke luar kota
meninggalkan sejuta tanya tentang bagaimana sebenarnya
persahabatan kami akan berakhir karena memang tak sedikitpun kata yang terucap
dari mulut kami berdua. Bahkan akupun akhirnya juga harus berpisah dengan Bang
Adi dan Budi yang yang melanjutkan kuliah mereka kepulau Jawa. Otomatis sejak saat itu
kami berempat benar-benar lost contact, hanya ditahun-tahun akhir kuliah, aku bertemu
Mawar diacara yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa kota kami, itupun masih
dalam suasana yang begitu kaku.
Sekarang
kami semua telah kembali ke Kota tercinta ini, kami kini telah berada di kota
yang sama. Namun keakraban yang terjalin dimasalalu sepertinya masih belum bisa
diperbaiki, meski sesekali aku pernah bertemu dengan Budi atau Bang Adi yang
kini sudah berkeluarga dijalan atau diacara-acara yang diadakan teman, kami hanya
mampu sekedar bertegur sapa biasa. Aku tahu masih ada sedikit kekecewaan Mawar
terhadapku, meski saat masa-masa kuliah dulu kami beberapa kali berkirim surat
dan mengucap maaf lahir batin disetiap Idul fitri tiba namun tetap saja maaf
untuk masalah satu itu masih terasa kelu dibibir, aku bingung harus mulai dari
mana untuk membuka pembicaraan tentang masalalu terburuk kami tersebut. tapi yang aku salut, tak sedikitpun
ia pernah menyinggung atau membahas masalah itu disetiap surat yang ia
kirim malah ia terus memberikan semangat dan mengirimkan beberapa doa yang
harus aku baca sebagai penenang hati kala gundah melanda. (“saat itu tahun-tahun
kesedihanku karena pertunanganku yang gagal”).
Aku malu
dengan perasaan tak bersalah yang kusebabkan, aku malu dengan hubungan yang
kupertaruhkan dimana akhirnya kandas ditengah jalan. Yaa…., aku sebenarnya
sangat malu pada Mawar, bahkan saat menghadiri pernikahan Mawar sekian tahun
kemudian, bibir masih saja kelu untuk membuka kembali cerita kelam itu meski
aku ingin tahu bagaimana perasaan dia yang sebenarnya tentang masalah kami dulu
karena memang tak pernah sekalipun kami membahasnya sejak awal kejadian.
Sungguh betapa aku ingin mengubah kebekuan sekian belas tahun ini menjadi
kehangatan seperti dulu lagi, betapa aku ingin bisa berbagi suka dan duka
seperti kala remaja dulu bersamanya lagi.
Terkadang,
aku malu sendiri jika setiap idul fitri Mawarlah yang lebih dulu mengirimkan
sms ucapan pun disetiap ulang tahunku dia tak pernah lupa untuk mengirimkan
ucapan dengan doa yang sering membuatku menangis bila mengingat betapa
berdosanya aku mengabaikan seorang sahabat hanya karena seorang laki-laki. Meski
aku yakin dia sudah memaafkanku dari isyarat tubuh yang dia perlihatkan namun
aku masih ingin mendengar langsung dari mulutnya. Entah bagaimana caranya
nanti…
Pengecut!!
mungkin itu yang akan kalian katakan tentangku. Aku akui, tapi sebenarnya bukan
karena aku tak ingin mengakui kesalahanku. Bukan. Aku hanya tak tahu caranya untuk
memulai membuka kembali cerita itu. Aku takut, jika menyinggung tentang masalah
itu malah membuka luka lama kembali dan membuat kami yang mulai saling bicara
menjadi semakin jauh kembali. Aku tak ingin itu terjadi. Meski aku dan dia
sudah tak seakrab dulu lagi tapi setidaknya saling bertegur sapa dan masih tetap
mengingat dikala hari-hari besar kami menyiratkan awal yang baik bagi hubungan
kami yang beku sekian belas tahun. Karena itu aku masih belum punya cara untuk
memulainya…..,, (mungkin ada yang bisa memberiku saran???)
Cerita
ini begitu lama aku pendam sendiri, aku malu jika harus berbagi pada siapapun.
Aku takut dicap sebagai seseorang yang jahat yang akhirnya bisa membuatku
kehilangan sahabat untuk kedua kalinya. Aku tak ingin!! karena itu tak banyak
sahabat-sahabatku sekarang yang tahu cerita ini. Terkadang sering aku berpikir,
inikah pangkal dari semua kesedihan dan kegagalan yang terus hadir dalam
hidupku hingga kini?? apakah sebegitu besar dampak yang ditimbulkan oleh sebuah
kesalahan dimasalalu pada kehidupan masa depanku? Entahlah…..,
Semoga
setelah ini, aku punya kekuatan lebih serta diberikan jalan keluar guna mencairkan
hubungan dingin kami serta dengan keterbukaanku untuk kisah ini, aku berharap Allah
memaafkan semua dosa yang sudah aku perbuat. Setidaknya Allah menghapus satu
dosa yang terpendam ini dan menjadikan semua ini ladang kemuliaan untuk masa
depan lebih baik lagi, Semoga……..
Mbak mawarnya udah nikah ya? Aku pikir sih dia juga udah gk terlalu masalahin kejadian itu deh ka..
BalasHapusjadi kalo sewaktu-waktu kaka bahas kejadian dulu itu, mnurutku sih gak masalah ya ka..
kan bisa tuh jadi jembatan buat kaka minta maaf scara lgs sama dia ^^
intinya sih, dicoba aja
karna kita gakkan tau hasilnya kalo gak nyoba..
*sahabat yg baik pasti selalu memaafkan sahabatnyaa ^^
Udah nikah, Ran......,, kadang kakak juga mikir nya gitu, cuma sikap dia memang jauh beda sejak kejadian itu sm kakak,, dulu dia itu cheerful banget and pecicilan, sekarang jadi lebih tertutup.....jadi nya agak agak gmana gitu.....
Hapusbtw, thanks saran nya ya, ran....mudah2an nanti kakak ditunjukkan waktu yg tepat nanti....
Alhamdulillah, terimakasih sudah berkenan berpartisipasi,
BalasHapusartikel sudah resmi terdaftar sebagai peserta...
mohon dicek kembali namanya di daftar peserta yang ada, kalau belum muncul harap beritahukan admin segera.
salam santun dari Makassar :-)
terima kasih, mas.....alhamdulillah....., mudah2n jadi salah satu nominasi,,,,,*ngarep* ahahaa....
Hapus