Selasa, 03 Desember 2013

Sebutir Nasi juga Berharga : Lain Lubuk Lain ikannya.


Kali ini saya sedang mencoba mengikuti giveaway yang diadakan oleh Mbak Liany Hendrawati pemilik blog liannyhendrawati.com dan liannyhendrawati.blogdetik.com Hadiahnya lumayan bikin mupeng….hehee….:)

Jujur, ini adalah kunjungan pertama saya ke blog ini sehingga membuat saya kebingungan untuk memilih artikel mana yang akan menjadi bahan review karena isinya lebih banyak tentang Cerita FlashFiction dan saya belum punya keberanian untuk untuk mengomentari hal tersebut. ("saya aja stress kalo sudah berhubungan dengan FF... hehe.."). Akhirnya saya beralih ke Blogdetik karena disini lebih banyak artikel yang manfaat dan penuh inspiratif dan pilihan saya jatuh pada tulisan dengan judul Sebutir Nasi Juga Berharga


Membaca tulisan ini membuat saya langsung teringat dengan kebiasaan yang saya temukan dikota kecil ini dimana segala keberagaman agama, suku dan kebiasaan menjadi ciri khas tersendiri dalam kota kami. Dari berbagai macam kebiasaan suku disini, saya menemukan kebiasaan unik dimana ketika telah selesai makan, mereka akan menyisakan nasi sedikit dipiring serta membasahi piring dengan sedikit air, dan itu tidak bisa diganggu gugat. Berbeda dengan kebiasaan di daerah-daerah lain bukan? Awal menetap disini saya juga bingung dengan kebiasaan ini, karena bertentangan dengan kebiasaan dirumah saya yang selalu diwanti-wanti untuk tidak meninggalkan nasi sebutirpun di piring.


Saya pernah mencoba bertanya kepada mereka, namun mereka juga tidak tahu pasti kenapa karena menurut mereka hal tersebut sudah dilakukan sejak kakek nenek mereka dulu. Orang tua mereka hanya berkata nasi yang disisakan itu dipersembahkan untuk malaikat yang sedang berjaga dikiri dan kanan manusia, agar mereka tidak kelaparan. Dan karena belum mengerti apa-apa, kami manggut-manggut saja tanpa tahu maksudnya. Namun seorang teman berpendapat bahwa kebiasaan itu dilakukan untuk menjaga kesopanan saja agar piring tak terlihat kering kerontang (hallaah…bahasanya…ahaha…). Entah apa cerita yang sebenarnya, hingga kini masih menjadi misteri buat saya namun cukup membuat galau setengah mati ketika sedang makan bersama mereka, ahahaa….


Ketika membaca artikel ini saya tidak bisa berkata apa-apa, semua ada benarnya. Seiring berjalannya waktu, tentu kita jadi lebih tahu mana yang baik dan buruknya yang harus kita lakukan, meski terkadang saya juga terpaksa harus meninggalkan sedikit nasi dan membasahi piring saya ketika sedang bersama dengan teman-teman masa kecil, hanya untuk menghargai mereka saja. Saya juga tidak bisa menyalahkan kebiasaan yang mereka anut sejak dulu, meski saya yakin teman-teman juga tahu bahwa kebiasaan itu tidak baik seperti dijelaskan dalam artikel Mbak Liany. Semua kembali pada diri kita masing-masing untuk menyikapinya.


Tebakan umur : 5 tahun.












8 komentar:

  1. Hehehe, saya baru tahu mbak "kebiasaan" di sana mengenai nasi, ya ibaratnya setiap daerah punya cerita sendiri ya mbak. Semoga menang ya mbak GA nya ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awalnya juga ngerasa aneh, tapi lama-lama biasa jadinya...hehee.....,, pengen nyasich menang....ahahaa....

      Hapus
  2. waah, pdhal sayang banget yaaa ka, nasinya jadi kebuang doong..
    kan katanya kalo nasi di buang, dewi sri-nya nangis, huhuhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihii....mitos nya gitu ya....,, kebiasaannya gitu jadi susah ngerubahnya....:)

      Hapus
  3. Wah baru tau ada yang seperti ini, unik juga sih. Makasih ya sudah ikutan :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, mbak......,

      iya, gitu dech......hehee.......,,

      Hapus