Hari
ini kami melepas kepergian Ayah meninggalkan kota Kuala Tungkal tercinta untuk
memulai bertugas di tempat yang baru. Mulai tanggal 1 Maret 2014 kemaren, Ayah
resmi dipindah tugaskan (meminta pindah, tepatnya) ke Kabupaten Kerinci kampung
halaman kami setelah sebelumnya mengajukan permohonan selama hampir 5 bulan.
Sebenarnya
jauh dari lubuk hati terdalam, saya berharap Ayah membatalkan keputusannya
untuk pindah mengingat masa pensiun beliau hanya tinggal 4 tahun lagi dan
berharap beliau menghabiskan masa tua dengan tenang dikota yang sudah menjadi
bagian dari hidup kami, kota yang telah memberikan ruang dan kehidupan yang
nyaman bagi kami selama hampir 30 tahun, kota yang telah menjadi darah dan
daging bagi kami. Meskipun banyak yang menyayangkan keputusan Ayah yang menurut
mereka tergesa-gesa namun tak ada yang bisa menahannya bahkan kami sekalipun.
Entah
berapa kali saya melontarkan ketidak inginan saya untuk meninggalkan kota ini, berharap
kami masih merasakan kenyamanan kota ini, namun tetap tak mampu menahan
keinginan terkuat beliau, dan kami mau tidak mau, suka tidak suka harus
menerima keputusan ini. Saya juga tidak tahu pasti alasan sebenarnya, namun dari
beberapa alasan yang beliau kemukakan saya berharap ini adalah keputusan yang
terbaik buat keluarga kami kedepan, beberapa diantaranya beliau ingin
mempersiapkan diri menjelang pensiun datang sembari berkebun atau bertani
disana, jadi ketika pensiun nanti beliau sudah terbiasa tanpa rutinitas
pekerjaan seperti biasa. Alasan lainnya beliau ingin lebih dekat dengan orang
tuanya (Nenek saya) yang sudah berumur hampir 80 tahun dan menjalani hari-hari
dengan tenang disana jauh dari segala kebisingan.
Dulu,
Ayah selalu berkata ingin pensiun dan menghabiskan masa tuanya dikota ini,
namun takdir berkata lain. Seperti yang selalu Ayah bilang takdir itu Allah
yang menentukan, tak seorang manusia pun yang dapat menolak kehendak Allah, pun
ketika Allah sudah berkehendak dan menggerakkan hati beliau untuk pindah ke
tempat yang hampir belasan tahun tidak pernah kami jenguk lagi karena permasalahan
dimasa lalu. Namun sekarang Allah memberikan jalan yang mudah dan beliau
meyakini ini adalah takdir Allah yang pastinya ada hikmah terbesar yang ingin Allah
tunjukkan.
Saya
harus berkata apa selain menerima saja keputusan bulat beliau? mungkin ini yang
terbaik bagi ayah, saya dan seluruh keluarga besar kami untuk menghapus semua
kesalahan yang pernah terjadi di masa lalu. Bahkan airmata yang saya cucurkan diam-diam ketika mengingat akan meninggalkan kota ini atau mungkin akan ditinggal sendiri di kota ini pun tak bisa merubah keputusan beliau.
Dan
hari ini adalah hari pertama kami di rumah tanpa ayah, terasa sangat sepi..., Ini
belum pernah kami rasakan sebelumnya meski beberapa kali ayah pernah pergi satu
hingga dua minggu ketika bertugas keluar kota. Namun kali ini berbeda…, dan
mulai hari ini saya lah yang akan menjadi pengganti ayah sebagai penanggung
jawab rumah karena keadaan ibu yang tidak memungkinkan kemana-mana. Tugas baru
yang tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh saya.
Ayah
memang berangkat lebih dahulu karena ibu masih harus menunggu adik bungsu saya yang
sekarang sedang menunggu Ujian Nasional (UN) yang akan dilaksanakan pertengahan
April nanti, rencananya ibu akan ikut pindah setelah sekolah adik selesai dan
kemudian berangkat melanjutkan kuliah ke Universitas impiannya. Insya Allah, kalo tidak salah perkuliahannya akan mulai
dilaksanakan sekitar bulan Juni. Mohon doanya semoga study adik saya nantinya lancar
dan tidak ada hambatan apapun … aamiin…. cerita tentang adik saya juga bisa
dibaca di Adikku Sang #DutaInsan 2013.
Hal
yang selalu menjadi tanda tanya bagi sebagian orang-orang adalah tentang saya
yang akan ikut pindah atau tidak. Ayah, Ibu dan seluruh keluarga tentu saja
berharap saya ikut karena disini nantinya saya akan tinggal sendiri tanpa satupun
keluarga inti dan kedua orang tua pun sangat keberatan jika harus meninggalkan
saya “seorang perempuan lajang” sendirian tanpa ada orang tua ataupun keluarga
mendampingi, akan berbeda jika saya sudah menikah, begitu menurut mereka. Namun
saya masih belum bisa memutuskan sekarang karena saya masih merasa nyaman
dengan apa yang sedang saya jalani sekarang, lingkungan, sahabat-sahabat dan
pekerjaan yang masih terasa menyenangkan buat saya dan saya masih belum ingin
melepaskan semuanya termasuk meninggalkan kota ini. Belum terpikirkan sama
sekali, entah nanti jika takdir berkata lain dan mengharuskan saya juga harus ikut
pindah dan meninggalkan semua kenangan yang pernah tercipta di hampir sepanjang
umur saya.
Biarlah
takdir Allah yang akan menuntun kemana kaki ini akan melangkah nantinya. Saya
hanya berharap apapun itu, adalah terbaik buat saya dan juga keluarga. aamiin…
Kita hanya bisa berharap yg terbaik dan bersiap utk yg terburuk. Kita tdk Maha Tahu, krn itu jlni saja sesuai "rel"-Nya, nanti Dia yg akan mengarahkan.
BalasHapusInsya Allah, kami memang harus lebih sabar Dan berserah pada_Nya. Makasih ya...
HapusPerpendihan dan perpisahan selalu meninggalkan kisah sedih ya, Mbak Emi? Namanya juga kehidupan tak selamanya kita bersama.
BalasHapusIya,mass lutfi. Tapi insya Allah semua akan ada hikmahnya nanti...aamiin..
HapusTadi saya buka pakai hape berat sekali. Mungkin pengaturan tampilan selulernya bisa diubah, Mbak.
Hapuswaaaa kakaaa, pasti galaaau banget yaa >.<
BalasHapusmau ikut apa engga.. menurut aku sih, ikut aja ka, biar orgtua seneng dan gak khawatir :)
semua keputusan ditangan kaka, smoga memilih yg terbaik yaa kaka cantiik ^^
Iya, Ran...., masih bingung mo ikut apa nggak. liat nanti deh gimana, hehee....,,
HapusBelajar mandiri saja mbak. hehe...
BalasHapusmasih ada waktu sampai Ibu menyusul ke sana.
Rencananya begitu, mbak..... masih sering jadi perdebatan nich...
Hapusdoakan yang terbaik buat kami ya........:)
Semangat selalu ya :)
BalasHapusInformasi CPNS dan Lowongan Kerja Terbaru