Kamis, 06 Juni 2013

Laki-laki Berjubah Putih Itu ....



Pengalaman bersama dokter, pertama kali ketika berusia 7 tahun. Saat itu kami baru beberapa bulan diboyong dan menetap di daerah tempat ayah ditugaskan menjadi salah satu pengajar di Desa itu. Aku yang biasa hidup nyaman di salah satu kota kabupaten di daerah pegunungan dan berhawa dingin harus tinggal di pedesaan yang bisa dibilang masih sangat tertinggal, rumah-rumah yang berjauhan, dan jika malam tiba dikarenakan listrik belum mampu menjangkau daerah ini kami harus puas dengan penerangan dari lampu teplok ataupun lilin saja ditambah nyamuk-nyamuk yang selalu berdenging ditelinga serta Agas, sejenis binatang kecil yang jika kita digigit akan menimbulkan gatal, perih dan bintik-bintik dikulit.

Selain itu jaraknya yang jauh dari ibukota kabupaten serta harus melewati laut pula membuat kami kadang hanya bisa sebulan sekali pergi kesana bahkan terkadang hingga berbulan-bulan, benar-benar hidup yang terisolasi dari keramaian, hehee….. Namun bagiku, disini sangat menyenangkan dimana aku bisa bebas bermain tanpa takut tertabrak kendaraan dan bebas makan buah apa saja yang bisa aku ambil dengan tanganku sendiri. Memiliki teman-teman baru tentu saja menyenangkan, banyak pengalaman yang aku dapatkan, mulai dari berburu buah-buahan yang tentu saja kami harus memanjat sendiri  hingga mencari ikan dan udang yang mengharuskan aku bisa berenang, tentu saja semua yang aku lakukan tanpa sepengetahuan kedua orang tuaku dan semua itu kupelajari dari teman-teman baruku tersebut tanpa kami peduli apa bahaya yang akan ditimbulkan. 

Hingga akhirnya suatu malam orangtuaku dicemaskan dengan suhu tubuhku yang panas sekali serta seluruh badan yang ditumbuhi bintik-bintik merah. Secara kebetulan rumah kami bersebelahan dengan Puskesmas yang ada di desa tersebut, sehingga memudahkan orang tuaku mengobati sakitku yang tiba-tiba tersebut. tak terbayang olehku jika aku harus terbaring di ruangan serba putih yang sangat menakutkan bagiku *karena aku phobia jarum suntik, hehee….* jadi setiap melihat jarum suntik aku pasti histeris, Untungnya waktu itu aku memang tak disuntik, hanya diberi obat dan dianjurkan untuk minum air kelapa muda, katanya sich biar bintik-bintiknya keluar.


Setelah beberapa hari, panas tubuhku mulai berangsur-angsur menurun dan akupun sudah bisa bermain kembali, namun bintik-bintik merah yang kemaren memenuhi tubuhku berubah menjadi benjolan-benjolan dan akhirnya menjadi koreng yang sangat gatal sekali, seluruh tangan dan kaki ku penuh dengan koreng yang bahkan ada yang berlobang dan bernanah. Rasanya tersiksa sekali, setiap hari aku menangis kesakitan karena susah tidur dan rasa sakitnya yang berdenyut-denyut hingga gatal yang kutahan karena semakin ku garuk akan muncul menjadi koreng-koreng baru. Karena lokasi Desa yang jauh dari perkotaan, kami tidak bisa mengobati penyakitku kesana dan cukup berpuas diri dengan pengobatan kampung dan obat seadanya dari Mantri puskesmas yang juga punya obat-obatan terbatas pula.

Berbulan-bulan penyakit itu tak juga sembuh, aku hanya bisa menahannya saja, untungnya aku punya ibu yang sangat telaten dan sabar, setiap malam seluruh koreng-koreng itu dia bersihkan dengan air panas dan diberi salep yang didapat dari puskesmas. Yang paling membuatku kesal dengan penyakit ini adalah ketika satu koreng sembuh akan muncul koreng baru ditempat yang baru pula, begitulah seterusnya hingga berbulan-bulan tak habis-habisnya. Setelah melihat sana sini, ternyata bukan hanya aku saja yang mengalami penyakit ini namun hampir seluruh anak-anak dan orang tua mengalami nya apalagi orang-orang yang baru pindah kedaerah ini, rata-rata pasti akan mengalami penyakit ini, mungkin karena berada di daerah rawa-rawa yang rentan dengan penyakit, banyak nyamuk dan juga lokasi yang memang masih berada disekitar perkebunan kelapa, yach…… mungkin semacam adaptasi lingkungan lah….:)) karena itu lama-lama akhirnya penyakit ini dianggap lumrah dan dibiarkan saja. 

Hingga suatu hari, ada pengumuman dari Kepala Sekolah bahwa pada hari itu sekolah kami akan kedatangan tamu dari kota yang akan memberikan pengarahan, imunisasi dan pengobatan gratis. Aku yang saat itu masih di kelas 1 SD, tak mengerti apa-apa, yang aku bayangkan adalah makanan yang enak-enak yang bakal disajikan. Namun saat tamu yang dimaksud datang, lengkap dengan rombongan yang berjubah putih, aku mulai mengerti siapa tamu-tamu tersebut. Mereka terdiri dari 1 Dokter dan beberapa perawat yang ditugaskan datang setahun sekali kedesa tersebut untuk memantau kesehatan seluruh masyarakat, aku lihat juga Pak Mantri Desa kami di samping Pak Dokter nya.
Sekolah kami pun ramai dengan masyarakat yang datang untuk bertemu tamu-tamu dari kota tersebut, ada yang memang ingin berobat, sekedar konsultasi bahkan malah ada yang ingin melihat dan berkenalan dengan para tamu. Sementara aku sembunyi di WC sekolah karena mendengar dari salah satu Guru kalo mereka akan membawa aku untuk disuntik karena penyakit kulitku tersebut. tentu saja aku langsung histeris dan berlari untuk bersembunyi. 

Namun bagaimanapun kuat nya aku berontak, tetap saja aku dikalahkan oleh kekuatan orang dewasa, dengan tanpa perikemanusiaan menurutku. Aku digendong dengan paksa oleh salah satu guru yang sangat ditakuti seluruh sekolah, bahkan ketika dihadapan Pak Dokter nya aku dipegang oleh beberapa orang supaya aku bisa disuntik, dipant*t !!! aku menangis sejadi-jadinya karena kesal dengan paksaan itu, namun karena kesabaran Pak Dokter nya aku dibujuk dan dirayu dengan berbagai macam makanan yang mereka bawa dari kota, akhirnya tangisanku berhenti. Aku tak melihat Ayahku sama sekali, namun aku yakin ada andil ayahku juga disini… hiksss….

Seminggu setelah itu, aku mulai merasakan perubahan pada seluruh tubuhku, perlahan koreng-koreng yang sekian bulan sangat menyiksa itu mulai kering dan menciut,  ibu ku bilang itu berkat suntikan dan obat-obatan yang dibawa oleh Pak Dokter. Meskipun hingga sekarang bekas-bekas nya masih kelihatan, namun sedikit demi sedikit sudah mulai tersamarkan. Sungguh…..ternyata kedatangan para tamu berjubah putih dari kota itu benar-benar memberikan pencerahan dan persepsi yang berbeda tentang Dokter, paramedis, dan jarum suntik. 

Terima kasih Pak Dokter yang hingga detik ini aku tak tau siapa namamu, dimana rumahmu, dimana tempat mu berdinas, karena setelah kedatanganmu ke desa kami dulu, tak kudengar lagi kabarmu,, Penyakit Kulit ku yang kau sembuhkan benar-benar membuatku makin memuja mu dan semakin membulatkan tekad dan cita-citaku untuk menjadi bagian dari profesi mu, walaupun tak satupun yang kesampean kemudian…..hehee…… sekali lagi……..terima kasih pak Dokter…..!!!!

"Tulisan ini diikutsertakan dalam Omfikri.com GiveAway


6 komentar:

  1. hehe jadi udah gak takut lg disuntik nih kaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehhehee...udah gak takut lagi, tiap sakit malah pengen nya disuntik aja,, skrg malah bete sama Obat/Pil......,,, tiap makan obat malah bawaan pengen muntah.....hehhehe....

      Hapus
    2. tapi kaa kalau yg disuntiik gusi, sakiiit banget >.<

      Hapus
    3. Hehhee...kalo gusi atau sakit gigi, alhamdulillah belum pernah sakit,,, jadi blum ngerasain sakit nya disuntik gusi....,, hehee

      Hapus
  2. Bener Ukhti Emi, lebih enakan disuntik biar gak mulu2 minum obat yang pahit rasanya..
    Makasih dah follow dan saya follback,
    Buat GA-nya semoga jadi juara 1 ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, tiap makan obat malah bete, hhehe.....thanks udah mampir and follow,, salam Kenal...aamiin,, harapannya juga pengen menang....aamiin...hheehe

      Hapus