Belum lagi selesai Berita tentang
Bapak H. Taufik Kiemas yang bertubi-tubi
diberitakan oleh semua stasiun televise swasta, tadi malam aku kembali dikejutkan
oleh berita yang tak kalah membuat shock. Salah satu anak didik ku yang duduk
di kelas 2A dikabarkan meninggal pagi nya. Karena aku baru mengajar di sekolah
itu selama 6 bulan, aku masih belum menghapal semua wajah-wajah mereka yang ratusan
jumlahnya. Aku mencoba mengingat-ingat wajahnya dan ku yakini dia yang memang
saat pelajaranku yang paling aktif dan tak bisa berhenti bertanya saat praktek.
“SARTIKA
MAIZA” Nama yang selalu aku panggil setiap hari senin ketika mengabsen nama nya
sebelum memulai pelajaran TIK, baik itu kala teori maupun
akan Praktek. Kebetulan aku ditugaskan mengajar bidang study TIK (teknologi
dan Informasi Komputer) disekolah tersebut. tak berbeda dengan teman-temannya
yang lain, Sartika adalah anak yang lincah, ceria, manja, kritis dan termasuk
anak yang pintar disemua mata pelajaran, saat praktek pun dia yang paling cepat
mengerti ketika aku menerangkan.
Memang meski baru mengajar
selama 6 bulan namun kedekatanku dengan seluruh siswa khususnya yang menjadi tanggung
jawabku (aku mengajar kelas 1 dan 2 dengan total 6 kelas) sudah seperti ibu dan anak, aku bukan hanya
mengajar mereka namun juga kadang menjadi teman curhat mereka yang rata-rata
anak-anak manja yang berasal dari kalangan berada. Ketika sesi pelajaran pun,
sambil menulis mereka masih sempat bercerita tentang apapun yang mereka rasakan,
mereka inginkan, bahkan rasa ketidaksukaan mereka kepada orang tua atau saudara
mereka pun kadang mereka ceritakan padaku dengan bahasa kekanak-kanakan dan
kelucuan mereka yang kadang membuatku tertawa. Jadi bisa dibayangkan, aku yang
sama sekali belum berpengalaman dengan anak-anak harus menjadi ibu kedua bagi
mereka. Marah, ngambek bahkan tangisan yang bersahut-sahutan sudah menjadi
pemandangan yang biasa buatku, memang benar mengajar dikelas 1 dan 2 yang rata-rata
berusia antara 7-8
tahun, butuh kesabaran yang super ekstra. tapi Alhamdulillah, walau kadang suka
terpancing juga dengan kenakalan mereka aku masih diberi sedikit kesabaran
menghadapi mereka semua.
Jadi ketika mendengar berita tentang
kepergian Sartika rasanya sungguh tak kupercaya,
karena Jum’at saat Ujian Kenaikan Kelas (UKK) kemarenpun aku masih melihat dan mengawas
dikelas nya. Aku tak begitu memperhatikan, apakah wajahnya pucat dan lesu seperti
yang dikatakan oleh salah satu rekan ku karena tak ada firasat sama sekali. Dari
cerita yang kudengar, hari jum’at tanggal 7 Juni kemaren dia memang sudah mulai
merasakan badannya panas dan sebagian tubuhnya berbintik, bahkan hari sabtu dia
sudah izin tak mengikuti ujian terakhir, karena badan nya sudah semakin
dipenuhi bintik-bintik, menurut Ibunya dia menderita penyakit Cacar terjangkit
dari saudara-saudaranya yang sudah duluan menderita cacar, karena badannya yang
semakin panas, Menurut ibunya lagi, sebenarnya mereka akan membawa Sartika ke
Dokter, namun Sartika nya mengatakan nanti saja karena dia tidak apa-apa dan masih
baik-baik saja. Akhirnya dia diminta oleh ibunya untuk istirahat dan tidur saja
dan seperti nya dia pergi ketika sedang lena dalam tidurnya.
Tentu
saja kesedihan yang mendalam bagi keluarganya mendapati anak yang baru saja
bermain dengan lincahnya ternyata dalam hitungan jam sudah pergi meninggalkan
mereka tanpa mengucapkan kata sedikitpun. Bukan hanya keluarga nya saja, kami yang
setiap hari bersama nya pun sangat kehilangan. Tak akan ada lagi si centil yang imut dan menggemas kan
itu dikelasku, tak ada lagi si kritis
yang slalu bertanya tentang Komputer padaku, Tak ada lagi dia “SARTIKA MAIZA” yang
akan ku absen namanya.
Photo-Photo terakhir ketika Acara Perpisahan dan Pentas Seni tanggal 30 Mei 2013 kemaren.
“SARTIKA
MAIZA” (Kedua dari Kiri)
Innalillahi wa innailaihi rojiun.. turut berduka Mak..
BalasHapusMemang cacar itu bisa mematikan, makanya dulu pemerintah sangat giat memberi kita imunisasi cacar 2 kali, kelas 1 SD dan kelas 6 SD.. kalo sdh ada tanda2 cacar sebaiknya segera ke dokter atau puskesmas..
iya, kadang kita menganggap sepele cacar,, semoga jadi pembelajaran buat semua ya....
Hapusmakasih mbak riski,,
Innalillahi wa innailaihi rojiun, semoga dia diterima disisi Allah swt.
BalasHapusSaya juga dulu pernah cacar pas kelas 6 SD, tapi saya gak tau kalo cacar bisa 'mematikan' seperti itu. turut berduka cita, mbak..
makasih, mita.....
Hapusinnalillah... sukurnya murid2 sy sehat2 wlau tinggal di desa. kalo di sekolah tmpet sy mengajar, kamis depan perpisahannya, udah gak sabar liburan sekolah
BalasHapusmakasih, Mas Rusydi......
HapusWahh....perpisahan itu moment yang ditunggu-tunggu banget ya, seru sich... hehee.... selamat liburan, mas....!!!
Sakit apa pun bisa menjadi "jalan" utk kembali pada-NYA. Turut berduka cita.
BalasHapusmakasih, mbak Elka.....
Hapusiya, mungkin sudah jalannya seperti itu, kita tak pernah tau...
Turut berduka cita ya Mak, seperti yang pernah kualaami juga sewaktu jadi pendidik. Betapa ada rasa kehilangan atas kepergian seseorang apalagi siswa tercinta yang dikenal baik. Salam kenal :)
BalasHapusterima kasih, mak....,,
Hapussangat kehilangan sekali, sekarang aja udah merasa kehilangannya, apa lagi nanti pas aktif belajar dikelas.
Satu pelajaran buatku, cacar itu mematikan.
BalasHapusTurut berduka cita ya Mba,
Salam
Astin
iya, kita memang gak boleh mengabaikan cacar, walau panas naik turun tetap waspada....
HapusInna lillahi wa inna ilaihi raji'un. Semoga jadi anak surga. Merinding bacanya mbak. Biasanya anak2 kan kalo kena cacar ya sembuh lagi. BErarti anak ini, cacarnya "sudah masuk" ke tubuhnya, sudah parah. Duh ....
BalasHapusAamin, kata orang2 anak seusia dia belum ada dosanya ya, semoga Allah menempatkan nya disisi_Nya....,,
Hapus