Pengalaman
bersama dokter, pertama kali ketika berusia 7 tahun. Saat itu kami baru
beberapa bulan diboyong dan menetap di daerah tempat ayah ditugaskan menjadi
salah satu pengajar di Desa itu. Aku yang biasa hidup nyaman di salah satu kota
kabupaten di daerah pegunungan dan berhawa dingin harus tinggal di pedesaan
yang bisa dibilang masih sangat tertinggal, rumah-rumah yang berjauhan, dan
jika malam tiba dikarenakan listrik belum mampu menjangkau daerah ini kami
harus puas dengan penerangan dari lampu teplok ataupun lilin saja ditambah
nyamuk-nyamuk yang selalu berdenging ditelinga serta Agas, sejenis binatang
kecil yang jika kita digigit akan menimbulkan gatal, perih dan bintik-bintik
dikulit.
Selain
itu jaraknya yang jauh dari ibukota kabupaten serta harus melewati laut pula membuat
kami kadang hanya bisa sebulan sekali pergi kesana bahkan terkadang hingga
berbulan-bulan, benar-benar hidup yang terisolasi dari keramaian, hehee…..
Namun bagiku, disini sangat menyenangkan dimana aku bisa bebas bermain tanpa takut
tertabrak kendaraan dan bebas makan buah apa saja yang bisa aku ambil dengan tanganku
sendiri. Memiliki teman-teman baru tentu saja menyenangkan, banyak pengalaman
yang aku dapatkan, mulai dari berburu buah-buahan yang tentu saja kami harus
memanjat sendiri hingga mencari ikan dan
udang yang mengharuskan aku bisa berenang, tentu saja semua yang aku lakukan tanpa
sepengetahuan kedua orang tuaku dan semua itu kupelajari dari teman-teman
baruku tersebut tanpa kami peduli apa bahaya yang akan ditimbulkan.
Hingga
akhirnya suatu malam orangtuaku dicemaskan dengan suhu tubuhku yang panas
sekali serta seluruh badan yang ditumbuhi bintik-bintik merah. Secara kebetulan
rumah kami bersebelahan dengan Puskesmas yang ada di desa tersebut, sehingga memudahkan
orang tuaku mengobati sakitku yang tiba-tiba tersebut. tak terbayang olehku
jika aku harus terbaring di ruangan serba putih yang sangat menakutkan bagiku
*karena aku phobia jarum suntik, hehee….* jadi setiap melihat jarum suntik aku
pasti histeris, Untungnya waktu itu aku memang tak disuntik, hanya diberi obat
dan dianjurkan untuk minum air kelapa muda, katanya sich biar bintik-bintiknya
keluar.
Setelah
beberapa hari, panas tubuhku mulai berangsur-angsur menurun dan akupun sudah
bisa bermain kembali, namun bintik-bintik merah yang kemaren memenuhi tubuhku berubah
menjadi benjolan-benjolan dan akhirnya menjadi koreng yang sangat gatal sekali,
seluruh tangan dan kaki ku penuh dengan koreng yang bahkan ada yang berlobang
dan bernanah. Rasanya tersiksa sekali, setiap hari aku menangis kesakitan
karena susah tidur dan rasa sakitnya yang berdenyut-denyut hingga gatal yang kutahan
karena semakin ku garuk akan muncul menjadi koreng-koreng baru. Karena lokasi Desa
yang jauh dari perkotaan, kami tidak bisa mengobati penyakitku kesana dan cukup
berpuas diri dengan pengobatan kampung dan obat seadanya dari Mantri puskesmas
yang juga punya obat-obatan terbatas pula.
Berbulan-bulan
penyakit itu tak juga sembuh, aku hanya bisa menahannya saja, untungnya aku punya
ibu yang sangat telaten dan sabar, setiap malam seluruh koreng-koreng itu dia bersihkan
dengan air panas dan diberi salep yang didapat dari puskesmas. Yang paling
membuatku kesal dengan penyakit ini adalah ketika satu koreng sembuh akan
muncul koreng baru ditempat yang baru pula, begitulah seterusnya hingga berbulan-bulan
tak habis-habisnya. Setelah melihat sana sini, ternyata bukan hanya aku saja
yang mengalami penyakit ini namun hampir seluruh anak-anak dan orang tua
mengalami nya apalagi orang-orang yang baru pindah kedaerah ini, rata-rata pasti
akan mengalami penyakit ini, mungkin karena berada di daerah rawa-rawa yang rentan
dengan penyakit, banyak nyamuk dan juga lokasi yang memang masih berada disekitar
perkebunan kelapa, yach…… mungkin semacam adaptasi lingkungan lah….:)) karena itu
lama-lama akhirnya penyakit ini dianggap lumrah dan dibiarkan saja.
Hingga
suatu hari, ada pengumuman dari Kepala Sekolah bahwa pada hari itu sekolah kami
akan kedatangan tamu dari kota yang akan memberikan pengarahan, imunisasi dan
pengobatan gratis. Aku yang saat itu masih di kelas 1 SD, tak mengerti apa-apa,
yang aku bayangkan adalah makanan yang enak-enak yang bakal disajikan. Namun
saat tamu yang dimaksud datang, lengkap dengan rombongan yang berjubah putih,
aku mulai mengerti siapa tamu-tamu tersebut. Mereka terdiri dari 1 Dokter dan
beberapa perawat yang ditugaskan datang setahun sekali kedesa tersebut untuk
memantau kesehatan seluruh masyarakat, aku lihat juga Pak Mantri Desa kami di
samping Pak Dokter nya.
Sekolah
kami pun ramai dengan masyarakat yang datang untuk bertemu tamu-tamu dari kota tersebut,
ada yang memang ingin berobat, sekedar konsultasi bahkan malah ada yang ingin
melihat dan berkenalan dengan para tamu. Sementara aku sembunyi di WC sekolah
karena mendengar dari salah satu Guru kalo mereka akan membawa aku untuk disuntik
karena penyakit kulitku tersebut. tentu saja aku langsung histeris dan berlari
untuk bersembunyi.
Namun
bagaimanapun kuat nya aku berontak, tetap saja aku dikalahkan oleh kekuatan
orang dewasa, dengan tanpa perikemanusiaan menurutku. Aku digendong dengan
paksa oleh salah satu guru yang sangat ditakuti seluruh sekolah, bahkan ketika
dihadapan Pak Dokter nya aku dipegang oleh beberapa orang supaya aku bisa disuntik,
dipant*t !!! aku menangis sejadi-jadinya karena kesal dengan paksaan itu, namun
karena kesabaran Pak Dokter nya aku dibujuk dan dirayu dengan berbagai macam
makanan yang mereka bawa dari kota, akhirnya tangisanku berhenti. Aku tak
melihat Ayahku sama sekali, namun aku yakin ada andil ayahku juga disini…
hiksss….
Seminggu
setelah itu, aku mulai merasakan perubahan pada seluruh tubuhku, perlahan
koreng-koreng yang sekian bulan sangat menyiksa itu mulai kering dan menciut, ibu ku bilang itu berkat suntikan dan obat-obatan
yang dibawa oleh Pak Dokter. Meskipun hingga sekarang bekas-bekas nya masih
kelihatan, namun sedikit demi sedikit sudah mulai tersamarkan. Sungguh…..ternyata
kedatangan para tamu berjubah putih dari kota itu benar-benar memberikan
pencerahan dan persepsi yang berbeda tentang Dokter, paramedis, dan jarum suntik.
Terima
kasih Pak Dokter yang hingga detik ini aku tak tau siapa namamu, dimana
rumahmu, dimana tempat mu berdinas, karena setelah kedatanganmu ke desa kami
dulu, tak kudengar lagi kabarmu,, Penyakit Kulit ku yang kau sembuhkan
benar-benar membuatku makin memuja mu dan semakin membulatkan tekad dan cita-citaku
untuk menjadi bagian dari profesi mu, walaupun tak satupun yang kesampean
kemudian…..hehee…… sekali lagi……..terima kasih pak Dokter…..!!!!
"Tulisan ini diikutsertakan dalam Omfikri.com GiveAway
hehe jadi udah gak takut lg disuntik nih kaa :D
BalasHapushehhehee...udah gak takut lagi, tiap sakit malah pengen nya disuntik aja,, skrg malah bete sama Obat/Pil......,,, tiap makan obat malah bawaan pengen muntah.....hehhehe....
Hapustapi kaa kalau yg disuntiik gusi, sakiiit banget >.<
HapusHehhee...kalo gusi atau sakit gigi, alhamdulillah belum pernah sakit,,, jadi blum ngerasain sakit nya disuntik gusi....,, hehee
HapusBener Ukhti Emi, lebih enakan disuntik biar gak mulu2 minum obat yang pahit rasanya..
BalasHapusMakasih dah follow dan saya follback,
Buat GA-nya semoga jadi juara 1 ^^
iya, tiap makan obat malah bete, hhehe.....thanks udah mampir and follow,, salam Kenal...aamiin,, harapannya juga pengen menang....aamiin...hheehe
Hapus