Memiliki
Handphone tentu saja sangat menyenangkan apalagi bisa membeli dengan hasil
jerih payah sendiri. Iri rasanya melihat beberapa rekan kerja kala itu yang
sudah memiliki handphone dengan berbagai merk, mulai dari yang kecil, ringan
hingga yang beratnya hampir mencapai 1 kg dan menjadi bahan ledekan kami setiap
hari, “Waaahh….Bisa buat lempar anjing tuh..:)”
atau “Cocok tuh buat ngeganjal pintu”, Celoteh kami sambil terbahak-bahak, Berani-beraninya
saya mengolok-olok padahal sendirinya malah gak punya,, hahaa…..
Masa
itu ketika saya baru mulai mengenal dunia kerja di pertengahan tahun 2002,
Handphone masih menjadi barang ekslusive yang hanya dimiliki oleh orang-orang
tertentu saja. Untuk membeli sebuah kartu perdana saja masih dengan harga diatas
Rp.100.000 – an tidak seperti sekarang yang bisa dibeli dengan harga Rp.
2.000,- an, bahkan voucher isi ulang pulsa yang pastinya sangat menguras
kantong karena hanya ada di harga Rp. 100.000,- belum ada pulsa elektronik
semurah seperti sekarang ini. Hal tersebut membuat saya berfikir dua kali untuk
memiliki Handphone meski saya sebenarnya bisa menabung selama beberapa bulan
untuk membelinya.
Untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan teman, keluarga atau si dia yang
berkilo-kilo meter jaraknya dari kota kami (LDR) , saya masih mengandalkan telpon
rumah dan Wartel. Jika dibilang Long Distance Relationship itu mahal, sangat bener
sekali…!! saya bahkan bisa menghabiskan
hingga ratusan ribu perbulan di wartel hanya untuk melepaskan rindu pada si
Dia…., ( *duhh…jadi ingat masa lalu deh….hehhe* ) dan jika pikiran itu datang,
handphone tentu saja menjadi mimpi yang sangat saya inginkan saat itu.. :D
Dan ternyata keberuntungan sedang berpihak pada saya setelah tanpa terduga bisa membeli Handphone impian untuk pertama kalinya di tahun 2004 tanpa harus meminta ke orang tua atau menguras uang tabungan yang sedang saya kumpulkan sedikit demi sedikit. Handphone tersebut saya dapatkan dari uang bonus/fee yang kami kumpulkan sedikit demi sedikit dari rekanan kontraktor atas pekerjaan yang telah kami kerjakan selama masa proyek berlangsung.
Biasanya
uang tersebut akan kami bagikan setelah semua pekerjaan selesai namun kali ini
atas izin Bigbos uang simpanan tersebut kami gunakan untuk membeli beberapa
buah Handphone mengingat ritme kerja yang semakin padat sehingga membuat kami
akan semakin sering bekerja diluar kantor.
Dari
uang tersebut kami bisa mendapatkan 4 Handphone dengan harga, merk dan type yang
bervariasi, salah satu rekan dengan santai nya memilih handphone dengan harga
diatas 3 juta-an, harga segitu dulu ada yang belum pake camera looh..., baru
ringtone Polyponic serta layar warna-warni doank yang bisa dibanggakan, kalo
tidak salah Nokia 6100.
Dan
saya dengan lugu nya hanya berani memilih Nokia 2100 seharga Rp. 990.000,-
ditambah kartu perdana Simpati seharga Rp. 100.000,- lengkap dengan lampu getar
warna-warni nan cantik yang di tempel di belakang Handphone serta gantungan
bergambar Mickey Mouse favorite saya. Olalala….. Baru sekarang nyadar kenapa
gak ambil yang agak mahalan dulu, hihiii….
![]() |
gambar dari sini |
Nokia
2100 ini saya beli kembaran dengan salah satu teman sekantor lengkap dengan nomer
Handphone yang sama pula, hanya berbeda di 1 angka terakhir, saya 4 dia 3.
meski sekarang dia telah berganti nomer beberapa kali saya masih setia di nomer
081274***** ini hingga sekarang, Tak terasa saya sudah menggunakan nomer ini selama
hampir 10 tahun.
Nokia
2100 memberikan banyak sekali kenangan yang tak terlupakan, mulai dari kisah
pertunangan yang akhirnya batal hingga kesalah pahaman antar teman hanya karena
sebuah sms atau pertemuan-pertemuan tak terduga dengan para mantan terdahulu.
Aaaah…. sungguh, masa lalu yang tak ingin saya ingat lagi…. :(
Selama
10 tahun ini pula, entah sudah berapa kali saya berganti Handphone dari
berbagai merk dan type. Nokia 2100 saya hanya bertahan selama 1 tahun setelah
akhirnya berganti menjadi Soni Ericson (saya lupa type nya) yang saya beli kalo
tidak salah sekitar Rp. 1.250.000,-, SE juga tak lama bertahan ditangan saya
karena saat itu mulai booming Handphone buatan china yang murah dan lengkap. Saya
kemudian beralih menggunakan MITO yang sudah bisa menyimpan lagu dan photo di
memory Eksternal.
Kemudian
Nokia 6600 menjadi teman setia saya selama 3 tahun, setelah MITO saya berikan
pada adik yang mulai ingin memiliki Handphone. Nokia 6600 merupakan handphone symbian
pertama yang saya punya, membuat saya rela menghabiskan uang untuk melengkapi
berbagai accesoriesnya mulai dari gantungan, tas lucu, lampu getar hingga cover
berbagai karakter dan warna, hal itu membuatnya menjadi Handphone kesayangan
sepanjang masa. Namun saya harus menangis sedih setelah Handphone ini mati
total tanpa tahu penyebabnya meski sudah beberapa kali keluar masuk counter,
sekarang nasibnya hanya menjadi pajangan
di sudut kamar.
Nokia
3230 menjadi HP saya selanjutnya hingga 2 tahun kemudian, lalu berganti dengan Nokia 5800 yang saya beli
sejak 2010 hingga sekarang. Saat ini selain Nokia 5800, saya juga menggunakan
Blackberry (BB) type Bold sejak 2011 dan Samsung Galaxy S4, Android pertama yang saya beli awal 2014
kemaren. Ketiganya resmi menjadi sahabat terbaik saya yang mampu menjadi
pelipur disaat galau dan kesendirian melanda dengan kelebihan mereka
masing-masing.
So,
bagaimana dengan kalian?
Berarti sudah lama sekali ya, Mbak. Saya malah baru tahun 2008 kenal dengan handphone.
BalasHapusHehehee... iya, itu enak nya kerja di usia muda... hehee....
HapusHuaaah kenapa gak ambil yg mahaaaal itu hpnya pas dikasih big bosss? hihihi nyesel yah sekarang :D
BalasHapusMakasih mak udah ikuta nGA-ku :))
hhihiihi...nyeselnya emang sekaran, maakk.....:D
Hapus