Jumat, 24 Mei 2013

23 Tahun : Bahagia dan Sedih menjadi Satu



Usia 23 tahun adalah usia dimana aku merasakan bahagia dan kesedihan sekaligus. Aahh…..sebenarna aku tak ingin mengingat ini, tapi tak ada salahnya aku berbagi cerita sambil mengobati hati yang masih terasa hingga sekarang.

Bahagia Adalah ketika aku dilamar dan diminta untuk menjadi istri untuk laki-laki yang kukenal semasa kecil, dia bukanlah orang lain bagiku, dia adalah anak paman sebelah ayahku (abang sepupu) yang dalam adat kami memperbolehkan aku untuk menikah dengannya bahkan katanya sudah dijodohkan sejak dari dalam kandungan, mungkin dalam istilah yang banyak dikenal adalah kawin gantung atau dalam adat Batak ada yang namanya Pariban, sedangkan dalam adat suku ku yaitu kerinci disebut Pubisan. Kala itu sebenarnya aku dan dia sama-sama bertemu ketika pulang Lebaran Idul fitri, setelah sekian tahun tidak bertemu karna kami tinggal dikota berbeda. Dia bertugas sebagai anggota TNI di kota Medan dan aku tinggal di Kota Kuala tungkal Jambi, bahkan kontak pun sama sekali bisa dibilang jarang.

Bertemu, silaturrahmi dan jalan-jalan berkeliling kota kelahiran kami membuat debaran bersemi didada kami masing-masing, hingga lamaran itu datang. Kenapa aku harus menolak jika aku juga punya rasa suka yang sama meski baru bertemu beberapa hari setelah sekian tahun?? Dengan senyum sumringah aku mengiyakan setiap pertanyaan dan wejangan dari kakek dan nenek kami saat kami berdua dipertemukan. Bahagia….tentu saja, aku tak ingin memikirkan apa-apa selain masa depan yang terbentang didepanku, yang membuatku was-was hanyalah aku harus tinggal jauh dari orang tua dan menghuni kota yang tak pernah ada dalam mimpi sekalipun.
 
Setelah berbagai proses adat dilakukan oleh kedua belah keluarga (*aku dan dia sudah pulang ke kota masing-masing*), keluarga sepakat 5 bulan setelahnya tepatnya dibulan Mei kami akan melangsungkan pernikahan Militer di depan Komandannya di Kota Medan dan melaksanakan resepsi di kampung halaman kami di Kerinci. Hubungan kami pun kian intens menit demi menit via sms dan telpon. Aku mulai menjaga diri sesuai nasihat dari banyak pihak dan mulai belajar masak berbagai macam masakan setiap minggu, yang kupikirkan adalah hidup berdua dikampung orang nanti tanpa keluarga tentu aku harus mandiri, begitu banyak perubahan diri yang aku rasakan kala itu. Intinya… aku sangat bahagia. 


4 bulan berlalu, semua mimpi sudah kami ukir, semua harapan sudah terbayang didepan mata, kami hanya tinggal menunggu waktu. Namun waktu juga yang membuat kami harus terpisah untuk selamanya, jarak telah merubah segala hal menjadi sesuatu yang menakutkan….. dan kesedihanku dimulai disini……….

Tanpa kata yang terucap, tanpa sebab yang kuketahui, semua menghilang dalam sekejap, tanpa alasan yang jelas, dia ingin memutuskan pertunangan kami. Entah apa yang terjadi, dan kenapa bisa terjadi, hingga detik inipun aku tak pernah tahu, aku tak pernah diberi jawaban yang pasti. Dia bahkan tak pernah mau bicara denganku ataupun kedua orang tuaku. Pernah kucoba untuk menelpon, namun tak sekalipun diangkat olehnya, pernah satu kali sms ku dibalas dengan kata-kata yang tertulis “ini siapa ya?”. Jangan ditanya bagaimana perasaanku…..sedih, kecewa dan hati yang hancur berkeping-keping. Sejak saat itu hari-hari yang kulalui tak lagi bermakna, sepanjang hari aku mengurung diri dan menangis hingga rasanya airmatakupun berenti menetes, pikiranku kosong sama sekali dan aku merasa sudah tak berguna lagi.

Fhoto diambil disini

Pamanku (Ayahnya) masih bersikeras meminta kami untuk menunggu sampai mereka bisa membujuknya dan ingin tahu dulu permasalahan yang sebenarnya ketika ayahku meminta untuk melakukan perundingan adat lagi untuk membatalkan pertunangan kami. Namun berada di 3 kota berbeda, antara Medan, Kerinci dan Kuala tungkal membuat komunikasi dan perundingan ini berjalan sangat tidak efektif. kami hanya bisa menunggu, sementara perihku tak pernah mereka pikirkan. Aku selalu meminta pada keluarga agar secepatnya saja mengakhiri, karena aku tak ingin masalah ini berlarut-larut dan terus menjadi bebanku sepanjang hari. namun lagi-lagi ayahnya meminta kami untuk tetap bersabar.

Akhirnya setelah 7 bulan menunggu, November ayahku pulang ke Kerinci untuk menyelesaikan masalah ini, tak ada titik temu, sudah tak ada jalan lagi, dia sudah bulat dengan keputusannya untuk memutuskan tidak menikah denganku dan memutuskan pertunangan kami tanpa ia sendiri menjelaskan kenapa. Dan konsekuensi yang didapat dari putusnya pertunangan kami adalah “hancurnya hubungan kekerabatan” seluruh keluarga besar kami hingga kini.
Pasca batalnya pernikahan yang tinggal menghitung hari itu, aku menjadi pribadi yang lebih tertutup dan lebih selektif untuk yang namanya cinta. Hari-hari yang kulalui adalah hampa yang tak bisa aku jabarkan, bahkan pernah terlintas dibenakku untuk mengakhiri hidupku, namun orang tua dan sahabat-sahabat adalah penyemangatku untuk bangkit lagi. Butuh waktu 3 tahun untukku bisa bangkit dan memulai kembali sebuah hubungan meski setelahnya juga kandas.

Entah ini yang namanya trauma seperti yang selalu dikatakan orang-orang disekelilingku atau ini adalah makna takdir yang terus-menerus kujadikan pembenaran untuk jalan hidup yang kini aku jalani, yang pasti hingga kini kesendirian masih terus setia menemani hari demi hari hidupku, harapan terbesar tentu saja ada dalam hatiku, berharap suatu saat aku juga bisa merasakan bahagia memiliki keluarga kecil seperti dia yang pernah menyakitiku dulu.

Untuk Ayu yang akan berusia 23 tahun, sebenarnya usia 23 adalah masa-masa yang menyenangkan, karna akan berbeda rasanya ketika kita sudah berumur 25, 27 atau 30. Meski banyak hal yang aku sesali di usia 23 tahunku, Pernikahan yang gagal, kuliah yang terbengkalai kala itu (*meski setelah nya aku bangkit dan mulai melanjutkan studyku kembali*) dan jiwa yang seakan hilang…..namun dibalik itu semua aku juga masih menemukan hikmah dengan semakin erat nya persahabatan dengan sahabat-sahabat tercinta. Bersama mereka aku menjadikan usia 23 ku menjadi sesuatu yang berbeda dibalik semua kesedihan. Yuuupz…..Sahabat adalah hal terbaik yang kita miliki selain orang tua. Dan jika memang Ayu berniat untuk menikah diusia 23, menurutku tidak apa-apa, dengan tetap berkarya dan terus berkarya tentunya. Jika jalan menuju kesana sudah terbentang, jangan menunda, karna aku adalah cerminan dan sekarang hanya sesalan yang terus menghantui kesendirianku. So……Ayu, semangat trus yach…..!!!!!


                                     "Tulisan ini diikutsertakan dalam 23 Tahun Giveaway"




16 komentar:

  1. Tidak selamanya sedih selalu membuahkan duka yang tiada berujung. tetap semangat ya. Dan sukses untuk acara GA nya.

    Sukses selalu
    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin,, semoga kesedihan ini ada ujungnya....hehee....thanks ya...

      Hapus
  2. it's really happen dear ?? hiikzz..sedih tp keep fight, gue suka gaya loe hehhehe

    semangat terus ya cantik, smg menang jg GA nya :*

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mimiiii.....beneran kisah nyata, hehee.....,, tapi gak trauma lagi sich,, sedang membuka diri trus buat orang2 baru.....hehee....makasih, ya, mi....

      Hapus
  3. Emiiii..
    Aku baru tau kisah ini..
    Ttp semangaaaadddd!!
    Cinta yang akan datang menjemputmu. Insyaallah,akan bertemu dan bersama dengan seseorang yg terbaik dipilihkan Allah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehee....thanks, ma....,, aamiin..smoga...

      Hapus
  4. :'( selalu ada hikmah di balik ujian, mba. pasti ada rencana terbaik Allah buat mba nanti..

    #CelotehDamae

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insya Allah,, Pasti....makasih ya...:))

      Hapus
  5. Usia ke 23 di Lamar kayaknya aku juga bakalan melakukan hal yang sama terhadp calon Istriku nanti hehehhe
    Niche Blog :)

    BalasHapus
  6. Berarti dia bukan yang terbaik untukmu, mbak. Allah lebih tau apa yang terbaik dan membawa keberkahan bagi hambaNya.

    BalasHapus
  7. Ya Allah, ada ya perilaku sekeji itu. anggap saja mbak telah ditunjukkan Allah jalan yang benar. saya yang baca aj aemosi membacanya, kok ada ya orang jahat seperti itu. Insyaallah mbak akan dapat ganti yang 1000kali lebih baik dari lelaki itu. laki-laki yang akan mencintai mbak dengan sepenuh hati.

    Saya trenyuh baca kisah mbak, kalo saya gitu mungkin uda bunuh diri kali ya, heheh. Terima kasih banyak mbak sudah mau berbagi kisah yang super ini. Sungguh membuat saya untuk semakin pintar memilih calon suami.. :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehhee....makasih, ayu...begitulah hidup....., jadiin pelajaran aja.....semanggaaat yaa...:))

      Hapus
  8. Saat Allah mengambil sesuatu dari kita
    Maka yakinlah bahwa Allah sedang menunjukan bahwa hal itu bukanlah yang terbaik untuk kita
    Atau Allah sedang menunggu waktu yang paling tepat untuk memberikannya kembali pada kita

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih pencerahannya.....:))

      insya allah akan tiba waktunya nanti,, aamiin....

      Hapus