Usia 23 tahun adalah usia dimana aku merasakan
bahagia dan kesedihan sekaligus. Aahh…..sebenarna aku tak ingin mengingat ini, tapi
tak ada salahnya aku berbagi cerita sambil mengobati hati
yang masih terasa
hingga sekarang.
Bahagia Adalah ketika aku dilamar dan diminta untuk
menjadi istri
untuk laki-laki yang
kukenal semasa kecil, dia bukanlah orang lain bagiku, dia adalah anak paman
sebelah ayahku (abang sepupu) yang dalam adat kami memperbolehkan aku untuk menikah dengannya bahkan katanya sudah dijodohkan sejak dari dalam
kandungan, mungkin dalam istilah
yang banyak dikenal adalah kawin gantung atau dalam adat Batak ada yang namanya Pariban, sedangkan dalam adat
suku ku yaitu
kerinci disebut Pubisan. Kala
itu sebenarnya aku dan
dia sama-sama bertemu
ketika pulang Lebaran
Idul fitri, setelah
sekian tahun
tidak bertemu karna kami tinggal dikota berbeda. Dia bertugas sebagai anggota TNI di
kota Medan dan aku tinggal di Kota Kuala tungkal Jambi,
bahkan kontak
pun sama sekali bisa dibilang jarang.
Bertemu, silaturrahmi dan jalan-jalan berkeliling kota kelahiran kami membuat debaran bersemi didada kami masing-masing,
hingga lamaran itu
datang. Kenapa aku
harus menolak jika aku juga punya rasa suka yang sama meski baru bertemu beberapa hari setelah sekian tahun?? Dengan senyum sumringah aku
mengiyakan setiap
pertanyaan dan wejangan
dari kakek dan nenek kami saat
kami berdua dipertemukan.
Bahagia….tentu saja, aku tak ingin memikirkan apa-apa selain masa
depan yang terbentang didepanku, yang membuatku was-was hanyalah aku harus tinggal jauh dari orang tua dan menghuni kota yang tak pernah ada dalam mimpi sekalipun.
Setelah berbagai proses adat dilakukan oleh kedua belah keluarga (*aku
dan dia sudah pulang ke kota
masing-masing*), keluarga sepakat 5
bulan setelahnya
tepatnya
dibulan Mei kami akan melangsungkan pernikahan Militer di depan Komandannya di Kota Medan dan melaksanakan resepsi di kampung
halaman kami di Kerinci. Hubungan kami pun kian intens menit demi menit via sms dan telpon. Aku mulai menjaga diri sesuai nasihat dari banyak pihak dan mulai belajar masak
berbagai macam masakan setiap
minggu, yang kupikirkan adalah hidup berdua dikampung orang nanti tanpa
keluarga tentu aku harus mandiri, begitu banyak perubahan diri yang aku rasakan
kala itu. Intinya… aku sangat bahagia.
4 bulan berlalu, semua
mimpi sudah kami ukir, semua harapan sudah terbayang didepan mata, kami hanya tinggal menunggu waktu. Namun waktu juga yang membuat kami harus terpisah untuk selamanya, jarak telah merubah segala hal menjadi sesuatu yang menakutkan….. dan kesedihanku dimulai disini……….
Tanpa kata
yang terucap, tanpa sebab yang kuketahui, semua menghilang dalam sekejap, tanpa alasan yang jelas, dia ingin memutuskan pertunangan kami. Entah apa yang terjadi, dan kenapa bisa terjadi, hingga detik inipun aku tak pernah tahu, aku tak pernah diberi jawaban yang pasti. Dia bahkan tak pernah mau bicara denganku ataupun kedua orang tuaku. Pernah kucoba untuk menelpon, namun tak sekalipun diangkat olehnya, pernah satu kali sms ku dibalas dengan kata-kata
yang tertulis “ini siapa ya?”. Jangan ditanya bagaimana perasaanku…..sedih, kecewa
dan hati yang hancur
berkeping-keping. Sejak saat itu hari-hari yang kulalui tak lagi bermakna, sepanjang hari aku
mengurung diri dan menangis hingga rasanya airmatakupun berenti menetes,
pikiranku kosong sama sekali dan aku merasa sudah tak berguna lagi.
Fhoto diambil disini |
Pamanku (Ayahnya) masih
bersikeras meminta
kami untuk
menunggu sampai mereka bisa membujuknya dan ingin tahu dulu permasalahan yang sebenarnya ketika ayahku meminta untuk
melakukan perundingan adat
lagi untuk
membatalkan pertunangan kami. Namun berada di 3 kota berbeda, antara Medan, Kerinci dan Kuala tungkal membuat komunikasi dan perundingan ini berjalan
sangat tidak efektif. kami hanya bisa menunggu, sementara perihku tak pernah mereka pikirkan. Aku selalu meminta pada keluarga agar secepatnya saja mengakhiri, karena aku tak ingin masalah ini berlarut-larut
dan terus menjadi bebanku
sepanjang hari. namun lagi-lagi ayahnya meminta kami untuk tetap bersabar.
Akhirnya setelah 7 bulan menunggu, November ayahku
pulang ke Kerinci untuk
menyelesaikan masalah ini, tak
ada titik temu,
sudah tak ada jalan lagi,
dia sudah bulat
dengan keputusannya
untuk memutuskan tidak
menikah denganku dan memutuskan
pertunangan kami tanpa ia sendiri menjelaskan kenapa. Dan konsekuensi
yang didapat
dari putusnya
pertunangan kami adalah
“hancurnya hubungan kekerabatan”
seluruh keluarga besar kami hingga kini.
Pasca batalnya pernikahan yang tinggal menghitung hari itu, aku menjadi pribadi yang lebih tertutup dan lebih selektif untuk
yang namanya cinta.
Hari-hari yang kulalui adalah hampa yang tak
bisa aku jabarkan, bahkan pernah terlintas dibenakku untuk mengakhiri hidupku, namun orang tua dan sahabat-sahabat adalah penyemangatku untuk
bangkit lagi.
Butuh waktu 3 tahun
untukku bisa bangkit dan memulai kembali sebuah hubungan meski
setelahnya juga kandas.
Entah ini yang namanya trauma seperti yang selalu dikatakan orang-orang disekelilingku atau ini adalah makna takdir yang terus-menerus kujadikan pembenaran untuk jalan hidup yang kini aku jalani, yang
pasti hingga kini
kesendirian masih terus
setia menemani hari
demi hari hidupku, harapan terbesar
tentu
saja ada dalam hatiku,
berharap suatu
saat aku juga bisa
merasakan bahagia memiliki keluarga kecil seperti dia yang pernah menyakitiku dulu.
Untuk Ayu yang akan berusia 23 tahun, sebenarnya usia 23 adalah masa-masa
yang menyenangkan, karna akan berbeda rasanya ketika kita
sudah berumur 25, 27 atau
30. Meski banyak hal yang aku sesali di usia 23 tahunku, Pernikahan yang gagal, kuliah yang terbengkalai kala itu (*meski setelah nya aku bangkit dan mulai melanjutkan studyku
kembali*) dan jiwa yang seakan hilang…..namun dibalik itu semua aku juga masih menemukan hikmah
dengan semakin erat
nya persahabatan dengan
sahabat-sahabat tercinta. Bersama mereka aku menjadikan usia 23 ku
menjadi sesuatu
yang berbeda dibalik semua kesedihan. Yuuupz…..Sahabat adalah hal terbaik yang kita miliki selain orang tua. Dan jika memang Ayu berniat untuk
menikah diusia 23, menurutku tidak apa-apa, dengan tetap
berkarya dan terus
berkarya tentunya. Jika jalan menuju kesana sudah terbentang,
jangan menunda, karna aku adalah cerminan
dan sekarang hanya sesalan yang terus
menghantui
kesendirianku. So……Ayu, semangat
trus yach…..!!!!!
Tidak selamanya sedih selalu membuahkan duka yang tiada berujung. tetap semangat ya. Dan sukses untuk acara GA nya.
BalasHapusSukses selalu
Salam,
Aamiin,, semoga kesedihan ini ada ujungnya....hehee....thanks ya...
Hapusit's really happen dear ?? hiikzz..sedih tp keep fight, gue suka gaya loe hehhehe
BalasHapussemangat terus ya cantik, smg menang jg GA nya :*
iya, mimiiii.....beneran kisah nyata, hehee.....,, tapi gak trauma lagi sich,, sedang membuka diri trus buat orang2 baru.....hehee....makasih, ya, mi....
HapusEmiiii..
BalasHapusAku baru tau kisah ini..
Ttp semangaaaadddd!!
Cinta yang akan datang menjemputmu. Insyaallah,akan bertemu dan bersama dengan seseorang yg terbaik dipilihkan Allah :)
Hehehee....thanks, ma....,, aamiin..smoga...
Hapus:'( selalu ada hikmah di balik ujian, mba. pasti ada rencana terbaik Allah buat mba nanti..
BalasHapus#CelotehDamae
Insya Allah,, Pasti....makasih ya...:))
HapusUsia ke 23 di Lamar kayaknya aku juga bakalan melakukan hal yang sama terhadp calon Istriku nanti hehehhe
BalasHapusNiche Blog :)
Ao semangat....kamu bisa.....:))
HapusBerarti dia bukan yang terbaik untukmu, mbak. Allah lebih tau apa yang terbaik dan membawa keberkahan bagi hambaNya.
BalasHapusAamiin...Aamiin...
HapusYa Allah, ada ya perilaku sekeji itu. anggap saja mbak telah ditunjukkan Allah jalan yang benar. saya yang baca aj aemosi membacanya, kok ada ya orang jahat seperti itu. Insyaallah mbak akan dapat ganti yang 1000kali lebih baik dari lelaki itu. laki-laki yang akan mencintai mbak dengan sepenuh hati.
BalasHapusSaya trenyuh baca kisah mbak, kalo saya gitu mungkin uda bunuh diri kali ya, heheh. Terima kasih banyak mbak sudah mau berbagi kisah yang super ini. Sungguh membuat saya untuk semakin pintar memilih calon suami.. :))
hehhee....makasih, ayu...begitulah hidup....., jadiin pelajaran aja.....semanggaaat yaa...:))
HapusSaat Allah mengambil sesuatu dari kita
BalasHapusMaka yakinlah bahwa Allah sedang menunjukan bahwa hal itu bukanlah yang terbaik untuk kita
Atau Allah sedang menunggu waktu yang paling tepat untuk memberikannya kembali pada kita
terimakasih pencerahannya.....:))
Hapusinsya allah akan tiba waktunya nanti,, aamiin....