Impian masa kecilku bermula ketika
aku menderita penyakit kulit ketika berumur 7 tahun, cara Dokter dan Perawat
yang dengan telaten mengobati hingga sembuh membuatku semakin memantapkan tekad
untuk menjadi Paramedis seperti mereka. Mataku takkan pernah berpaling ketika
berpapasan ataupun melihat dari kejauhan betapa manisnya mereka dengan pakaian
serba putih. Apalagi saat rumah kami bertetangga dengan Mantri yang ditugaskan
ditempat Ayahku berdinas, setiap pagi aku akan berlari kerumahnya dan akan
terkagum-kagum dengan semua alat medis yang dipakainya. Meski takut dengan
jarum suntik, namun aku malah semakin jatuh cinta setiap melihat ia memegang
jarum suntik. Bercita-cita menjadi Perawat adalah impian yang tak pernah
berubah hingga menjelang kelulusan SMA bahkan semakin membuat aku bersemangat
menjalani akhir-akhir SMA yang berat.
Namun mimpiku kandas ketika Ayahku
berkata bahwa aku tak bisa melanjutkan ke Akademi Keperawatan. Kenapa? karena
untuk masuk ke Akademi tersebut kami harus menyediakan uang sekian puluh juta, lagipula
tak mungkin mendapatkan uang sebanyak itu dalam waktu singkat. Bahkan kudengar,
untuk masuk ke Fakultas Kedokteran saja kita harus menyiapkan ratusan juta
diawal. Benarkah?? Aku tak habis fikir, inikah wajah pendidikan di era ini?? Aah…sudahlah…Sepertinya
aku harus mengubur jauh-jauh harapan dan mimpiku tersebut.
Aku menangis, sedih dan kecewa. tentu
saja!!! namun aku bisa apa? aku yakin Allah punya rencana lain buat masa
depanku nanti.
Akhirnya atas saran Saudara Sepupuku,
aku mencoba mengambil jurusan Komputer Akuntansi. Impianku selanjutnya adalah bekerja
di Perusahaan Swasta dengan gaji yang lumayan. Dan sekian tahun setelah itu,
impianku memang terwujud. Aku menikmati hari demi hari bekerja di salah satu
perusahaan swasta yang bergerak dibidang Consultan Teknik
dan Manajemen di kotaku. Awalnya aku sangat menikmati pekerjaan ini, bahkan
penuh dengan rasa bangga. Menyenangkan rasanya bisa bepergian ke tempat-tempat
yang berbeda secara gratis dan bisa membeli apapun yang aku inginkan dengan
uang penghasilan sendiri. Tanpa terasa 8 tahun aku menjalani
pekerjaanku, halangan dan rintangan bukan tak ada, Suasana tak nyaman dan
persaingan semakin kentara kurasa bahkan beberapa kali aku berniat resign dari
kantor namun dukungan orangtua dan sahabat membuat aku terus bertahan.
Seperti yang aku yakini, Allah pasti
punya rencana dibalik semua kegagalanku. Kali ini akupun akhirnya resign dari
kantor yang selama 8 tahun ini aku banggakan. Aku tak punya tujuan sama sekali
awalnya, yang aku pikirkan hanyalah aku ingin istirahat dari aktifitas untuk
sementara waktu. Meski tak sepenuhnya istirahat sih sebenarnya karena aku
kadang masih suka membantu teman mengerjakan Proyek-proyek yang sedang
ditanganinya. Lumayanlah sebagai penyambung hari demi hari.
Apa impianku selanjutnya? Entahlah,
aku jadi tak ingin bermimpi lagi, aku hanya ingin menjalani dan menikmati hidupku
seperti air mengalir, kemanapun takdir akan membawaku nantinya.
Meski aku tak lagi bekerja kantoran
bukan berarti aku tak berpenghasilan, dengan modal yang kumiliki dari
tabunganku selama bekerja di Consultan ditambah sedikit bantuan dari orang tua,
aku mencoba peruntungan dengan membuka toko souvenir kecil-kecilan di kotaku.
Alhamdulillah…, semakin lama aku semakin menikmati rutinitas baruku ini.
Awal 2013, aku dilamar oleh salah
satu Partai besar menjadi Calon Legislatif (Caleg) sebagai perwakilan dari kaum
perempuan. Ketika itu tak serta merta aku terima, aku harus memikirkan dan
meminta pendapat berbagai pihak, baik keluarga maupun sahabat-sahabatku karena
aku tak ingin nantinya malah menjadi boomerang bagi aku dan keluarga. Oh ya… diwaktu
yang bersamaan aku ditawari menjadi tenaga pendidik di salah satu Sekolah Dasar
favorite bahkan satu-satunya Rintisan Sekolah Bertarap Internasional (RSBI) di
kotaku.
Akhirnya aku putuskan untuk mencoba
menjalani keduanya dalam waktu bersamaan, dimana sambil mengajar akupun aktif
mengikuti semua kegiatan-kegiatan yang diadakan partai.
Sekian bulan berlalu, tepatnya
dibulan Mei kemaren pada saat mendaftar Pencalegan Dini di KPU, aku dihadapkan
pada dua pilihan. Aku baru tau, ternyata jika kita ingin berkecimpung di dunia
politik, kita harus menanggalkan pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan
atau yang mendapatkan gaji dari pemerintah, misalnya seperti Karyawan Swasta,
Pengacara, Pegawai Negri bahkan Tenaga Honorer sekalipun. Lalu aku
harus bagaimana? membuang mimpiku menjadi Anggota Legislatif atau menanggalkan
profesi sebagai tenaga pendidik yang mulai nyaman aku jalani?
Dilema, berat rasanya berada di dua
pilihan. Setelah berfikir selama 1 minggu dan memohon petunjuk pada Allah,
akhirnya aku putuskan untuk membuang mimpiku menjadi Wakil
Rakyat di DPRD. Alasanku tentu saja karena aku mulai mencintai profesiku
sebagai guru. Meski tak kupungkiri, menjadi Anggota Legislatif juga pernah ada
dalam mimpi-mimpiku, namun kecintaanku pada anak-anak dan lingkungan sekolah
yang mulai nyaman membuatku melepaskan mimpi itu. Aku yakin ada campur tangan
Allah yang mengatur semua ini.
Impianku yang belum terwujud dan sangat aku inginkan adalah menjadi Istri dan ibu. Dan aku berharap semoga secepatnya terkabul...Aamiin...
Impianku yang belum terwujud dan sangat aku inginkan adalah menjadi Istri dan ibu. Dan aku berharap semoga secepatnya terkabul...Aamiin...
Jika ditanya apa mimpiku selanjutnya? aku tak ingin memberi target untuk sebuah mimpi, karena dalam perjalanan yang
aku alami, tak selamanya kita harus mempertahankan mimpi, namun nikmati saja semua
yang Allah beri, meski itu bukan impian yang kita harapkan. Dan Aku akan menjalaninya
apapun itu.
Penuh lika-liku juga ya mbak Emi. Kalo menurut saya sih lebih mulia menjadi guru daripada pilihan yang satunya itu :)
BalasHapushehhee....,, gitu deh,, iya, berarti pilihan saya bener ya, mbak...
Hapusmakasih sudah mampir...:)
Saya juga dulu pengen jadi dokter, tapi ujung-ujungnya masuk akuntansi. Ahaha...
BalasHapusbegitulah, kadang impian kita gak sama dengan kenyataan ya, mbak....so, dijalani aja...hehee...
Hapusguru adalah profesi yg sangat mulia..ada asa dan mimpi banyak anak terselip dalam amanah guru..tp semua memang pilihan hidup ya mb..
BalasHapussukses GAnya :)
karena itulah, saya lebih memilih menjadi guru saja. rasanya masih belum mampu menanggung amanat masyarakat....hehee...
Hapusmakasih ya, mbak...:)
wow! liku-likunya kayak mau ke gunung, tapi akhirnya tiba juga di gunung kn? ^^ guru itu sangat mulia, mendidik generasi bangsa
BalasHapusterima kaish, sudah terdafttar yaa ^^
hehheee.....makasih, mbak....:)
Hapusmoga kali ini menang...*ngarep*....hihihi...
Betul...biarkan hidup ini mengalir saja hehe...dan tetap bersyukur serta semangat menjalani hdp :)
BalasHapusmakasih, mbak...hehhee..
Hapusperjalanan hidup yang penuh makna ya..
BalasHapushehhe...makasih dah mampir..:)
Hapus